Latest News

Semen Indonesia (SMGR) manfaatkan sampah Bantargebang sebagai bahan bakar

07 October 2020, 07:47
 
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) memanfaatkan energi alternatif sebagai bahan bakar guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Hal tersebut juga sebagai upaya mendukung pemerintah dalam mengurangi penggunaan batu bara.
 
Melalui, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB), perusahaan ini menjalin kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah domestik di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menjadi bahan bakar alternatif berupa Refused Derived Fuel (RDF). Kerjasama tersebut dilaksanakan pada zona tertentu di TPST Bantargebang yang telah berusia lebih dari 10 tahun. Kerjasama ini ditandatangani 30 September.
 
Direktur Produksi SMGR Benny Wendry mengatakan, proses mengubah sampah menjadi bahan bakar meliputi penggalian dan pengayakan, lalu dikirim ke lokasi Pabrik SMCB di Narogong, Jawa Barat untuk dicacah, dan melalui proses pengurangan kadar kelembaban dengan campuran material lain guna menghasilkan RDF yang memenuhi standar kualitas alternatif bahan bakar untuk pabrik semen. 
 
Produk RDF yang akan dihasilkan dari proyek awal ini minimum 1.000 ton/bulan, dimana 80%-90% nya terdiri dari sampah plastik yang akan dimanfaatkan oleh SBI sebagai sumber energi alternatif.
 
Selain Pabrik Narogong Jawa Barat, penggunaan bahan bakar alternatif juga telah digunakan di PT Semen Padang di Sumatra Barat, PT Semen Tonasa di Sulawesi Selatan, SMCB Pabrik Cilacap, PT Solusi Bangun Andalas (SBA) di Aceh serta Pabrik Tuban Jawa Timur.
 
Semen Padang dan Semen Tonasa memanfaatkan sekam padi dan serbuk gergaji. SBA menggunakan sekam padi, SBI Pabrik Cilacap memanfaatkan sampah kota sebagai energi alternatif. SBI Pabrik Cilacap menjadi pelopor program pengolahan dan pemanfaatan sampah kota menjadi Refused Derived Fuel (RDF) melalui kerja sama dengan Pemkab Cilacap, Pemerintah Denmark, Provinsi Jawa Tengah, Kementerian PUPR, dan Kementerian LHK. 
 
Sedangkan penggunaan biomassa menjadi bahan bakar alternatif dilakukan sejak tahun 2008 di Pabrik Tuban. Biomassa yang dipakai adalah sekam padi, cocopeat (sabut kelapa), serbuk gergaji, limbah tembakau, biji jagung. Limbah pertanian tersebut diambil dari Kabupaten Tuban, Lamongan, Bojonegoro dan Banyuwangi. 
 
“Selain lebih efisien jika dibandingkan dengan batu bara, penggunaan bahan bakar alternatif ini juga memberdayakan petani dan warga di sekitar pabrik. Setiap bulan, Pabrik Tuban menerima kiriman sekam padi 2.553 ton, cocopeat 244 ton, limbah tembakau 244 ton, serta kertas reject sebanyak 90 ton. Pada periode Januari hingga Agustus 2020, biomassa yang dipasok ke pabrik Tuban mencapai  25.969 ton,” terang Benny dalam siaran pers, Selasa (6/10).
 
Konsistensi Pabrik Tuban memanfaatkan biomassa telah mendapatkan Certified Emission Reduction (CER) dari United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada 12 Desember 2016 sebesar 213.717 ton CO2eq, untuk periode 25 Februari 2012–29 Februari 2016. Lembaga dunia tersebut mengakui bahwa pemanfaatan biomassa di Pabrik Tuban aman dan ramah lingkungan.
 
sumber : kontan.co.id