Latest News

Intip rekomendasi saham Lonsum (LSIP) di tengah kenaikan harga CPO

05 October 2021, 07:46



Harga crude palm oil (CPO) masih terus melambung tinggi. Teranyar, pada Senin (4/10), harga CPO kontrak pengiriman Desember 2021 di Bursa Malaysia Derivative Exchange sudah berada di level RM 4.586 per ton. Level tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.

Sementara jika dihitung secara year to date, penguatan harga CPO sudah melesat 60,4%. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai kenaikan harga CPO tersebut akan memberi dampak positif terhadap kinerja PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Hal ini seiring dengan potensi harga jual rata-rata atawa average selling price (ASP) yang akan lebih tinggi dari tahun lalu.

Senada, analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia dalam riset pada 23 Agustus juga meyakini ASP yang lebih tinggi akan menjadi pendongkrak kinerja emiten yang kerap disebut dengan Lonsum tersebut pada tahun ini. Apalagi, dengan potensi meningkatnya permintaan dari India dan China serta adanya kebijakan pungutan bea ekspor, dia meyakini harga CPO akan tetap tinggi hingga akhir tahun ini.

ýKami menaikkan proyeksi ASP CPO pada tahun ini dari RM 3.500 per ton, menjadi RM 3.800 per ton,ý kata Catherina.

Selain kenaikan ASP, Catherina juga melihat pertumbuhan volume produksi CPO Lonsum pada sisa tahun ini akan turut jadi pendorong kinerja. Tercatat, London Sumatra telah menghasilkan CPO sebanyak 164.000 ton pada semester pertama 2021. Catherina menyebut perolehan tersebut sebenarnya di bawah ekspektasinya karena hanya memenuhi 43% dari proyeksi total produksi tahun ini.

Kendati begitu, dia melihat kondisi ini merupakan hal yang wajar mengingat pada periode kuartal kedua dan ketiga, secara historis memang cenderung lemah. Namun, pada periode kuartal keempat, produksi akan meningkat signifikan seiring mulainya musim hujan.

Okie juga melihat emiten CPO Grup Salim ini akan diuntungkan oleh program biodiesel dalam negeri. Serapan dari produksi untuk biodiesel pada tahun ini diproyeksikan meningkat. Hal tersebut seiringan dengan strategi pemerintah dalam mengurangi impor bahan bakar guna menekan defisit neraca pembayaran.

Apalagi, LSIP merupakan salah satu emiten yang lebih menekankan pada efisiensi biaya operasional. Okie yakin Lonsum akan dapat meningkatkan margin perusahaan pada tahun 2021-2023. Dia memproyeksikan margin operasional LSIP akan terjaga di 25%-24%, sementara untuk margin laba bersih akan berada di 22%-19%.

ýKenaikan harga CPO masih akan jadi faktor utama yang akan menopang naiknya perolehan margin LSIP ke depan,ý kata Okie kepada Kontan.co.id, Senin (4/10).

Selain itu, secara fundamental, Okie melihat rendahnya utang dan tingginya rasio kas dapat menjadi kekuatan bagi LSIP untuk melakukan ekspansi pada tahun mendatang. Saat ini, keterbatasan area tanam menjadi permasalahan Lonsum.

Sementara Catherina memperkirakan dengan ASP CPO yang lebih tinggi dan produksi CPO yang meningkat di semester kedua 2021, LSIP bisa membukukan pertumbuhan pendapatan 38,85% menjadi Rp 4,91 triliun. Sedangkan untuk laba bersih LSIP akan naik 51,09% menjadi Rp 1,05 triliun.

Semula, Okie memasang rekomendasi beli untuk saham LSIP dengan target harga Rp 1.275 per saham. Namun, dengan harga saham LSIP pada hari ini, Senin (4/10) yang sudah berada di Rp 1.315 per saham, dia pun mengubah rekomendasinya menjadi hold.  

ýWalau begitu, tidak menutup kemungkinan rekomendasi dan target price-nya akan kami revisi setelah rilis laporan kinerja LSIP pada kuartal ketiga 2021 nanti,ý imbuh Okie.

Sementara Catherina merekomendasikan untuk beli saham LSIP dengan target harga Rp 1.920 per saham.

sumber : kontan.co.id