Latest News

2020, Intiland Alokasikan 'Capex' Rp 1,5 Triliun

07 January 2020, 07:04
PT Intiland Development Tbk (DILD) mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 1,5 triliun untuk pengembangan proyek baru dan proyek eksisting, pada tahun ini. Setidaknya, ada tiga proyek baru yang siap diluncurkan guna menopang kinerja.
 
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradiono mengatakan, perseroan akan mengembangkan proyek residensial yang selama ini menjadi bisnis utama perseroan. "Kami akan meluncurkan Pinang Apartemen pada Oktober 2020," ujar Archied berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Investor Daily, di Jakarta, Senin, (6/1).
 
Selain pengembangan proyek residensial, perseroan juga akan melakukan ekspansi ke pengembangan kawasan industri. Archied mengungkapkan, pada 2020 ini, perseroan akan memulai pengembangan tahap pertama proyek kawasan industri baru.
 
Kawasan ini memiliki luas 287 hektar dan berlokasi di Ngoro Industrial Park, Mojokerto, Jawa Timur. Menurutnya, proyek pengembangan kawasan industri di Indonesia sangat baik.
 
“Proyek pengembangan kawasan industri baru ini punya potensi yang sangat positif karena lokasinya yang strategis, dekat dengan jalan tol dan pembangkit tenaga listrik dan didukung oleh upah tenaga kerja yang kompetitif," kata dia.
 
Kemudian, perseroan juga sedang menyiapkan rencana pengembangan proyek Talaga Bestari di Tangerang. Proyek ini memiliki luas 70 hektar dan akan dimulai pada pertengahan 2020.
 
Archied mengungkapkan, pengembangan proyek baru ini merupakan upaya perseroan untuk mempertahankan kinerja tahun ini. Pasalnya, kondisi pasar properti tahun ini belum akan mengalami perubahan signifikan.
 
Dia menjelaskan, sejak tahun 2019, pasar properti memang belum menggembirakan. Hal ini disebabkan oleh sikap konsumen yang cenderung wait and see dalam membeli produk properti. "Khususnya untuk pembelian produk-produk high rise yang menyasar konsumen menengah ke atas," kata dia.
 
Kendati demikian, perseroan berharap pemerintah bisa mendukung pengembangan sektor properti nasional. Salah satu katalis yang diharapkan adalah penerbitan aturan yang dapat mempermudah dan menyederhanakan proses perizinan. "Kami berharap omnibus law dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan industri properti," kata dia.
 
Recurring Income
 
Sementara itu, perseroan memperkirakan pendapatan berkelanjutan (recurring income) pada akhir 2019 bisa mencapai Rp 600 miliar. Sedangkan keuntungan bersih diperkirakan bisa meningkat lebih dari 20% pada akhir 2019. "Utang perseroan juga akan turun Rp 300 miliar dibandingkan kuartal ketiga 2019," kata dia.
 
Archied menyebutkan, pada kuartal keempat 2019, perseroan berhasil menjual inventori lahan seluas 40 hektar dengan nilai Rp 460 miliar. Dengan penjualan tersebut, perseroan mencatatkan marketing sales senilai Rp 700 miliar pada kuartal keempat 2019.
 
Selain itu, perseroan juga menjual saham dan piutang anak usaha yang bergerak di bidang rumah sakit senilai Rp 636 miliar. Dana dari hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk pembayaran utang dan keperluan modal perseroan.
 

Sumber : Investor Daily