Latest News

Asing Mulai Borong Saham CPIN

08 August 2018, 10:38

Saham produsen pakan dan ternak ayam tampaknya masih diburu investor pada perdagangan pagi ini. Pagi ini giliran saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang diburu para pemodal, khususnya investor asing meskipun kemarin juga sempat ramai ditransaksikan.

Pagi ini hingga pukul 10.15 WIB akumulasi beli bersih investor asing terhadap saham CPIN mencapai Rp 15,69 miliar dari total transaksi Rp 24,72 miliar dengan volume 5,05 miliar saham. 

Sebenarnya dari awal tahun, saham CPIN lebih banyak dilepas oleh investor asing. Nilai jual bersih investor asing secara kumulatif secara year to date, mencapai Rp 159,04 miliar. 


Akumulasi jual tersebut dipicu oleh tekanan terhadap pasar saham domestik yang terdampak oleh pelemahan nilai tukar rupiah dan rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali tahun ini. 

Namun setelah Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan rilis pertumbuhan ekonomi sebesar 5,27%, di atas ekspektasi pelaku pasar, investor mulai kembali melirih saham-saham di Bursa Efek Indonesia. 

Salah satu yang menarik perhatian investor adalah saham CPIN yang merupakan perusahaan ternak ayam dan pakannya. 

Salah satu sentimen positif yang memicu investor melakukan pembelian saham ini adalah kenaikan harga DOC dan Broiler naik di bulan Juli 2018 secara bulanan dan tahunan. Harga DOC mencapai Rp5.531/kg atau naik 4,4% secara bulanan dan secara tahunan sudah naik 44,9%. Ini membuat harga DOC sudah berada pada level tertinggi dari awal tahun ini.


Sementara itu, harga broiler di bulan Juli 2018 mencapai Rp22.960/kg atau 6,2% secara bulanan. Sementara secara tahunan sudah naik +37,8% membawa harga ayam broiler mencapai Rp20.457/kg pada tujuh bulan pertama 2018. 

Pelarangan penggunaan antibiotik untuk meningkatkan pertumbuhan broiler dapat meningkatkan biaya produksi dan menurunkan produktivitas ayam peternak di Indonesia. Sebelumnya berat badan ayam dapat mencapai 2 kg/bulan tetapi pelarangan ini membuat berat ayam peternak di Indonesia hanya mencapai 1,4 kg/bulan

Secara fundamental, ketiga perusahaan sebelumnya terbilang cukup berisiko bagi investor. Pasalnya, kenaikan penjualan pada tahun lalu tak diikuti oleh kenaikan bottom line alias laba bersih.

Sentimen lainnya adalah produk-produk poultry atau unggas asal Indonesia kini sedang disasar oleh AS. Saat ini AS sedang mengurus perizinan kepada World Trade Organization (WTO) untuk menaikkan bea masuk bagi produk-produk ekspor asal Indonesia senilai US$ 350 juta, termasuk produk-produk poultry.

Langkah ini diambil AS, lantaran Indonesia dianggap gagal menaati perintah dari WTO untuk menghapus sejumlah restriksi bagi impor produk-produk agrikultur asal AS. Tenggat waktu bagi Indonesia untuk mematuhi perintah WTO tersebut adalah pada 22 Juli 2018 silam. 



Sumber : CNBC INDONESIA.COM