PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI mencetak laba bersih konsolidasian sebesar Rp 15,98 triliun atau tumbuh 2,69% secara tahunan (year on year/yoy). Hasil ini tidak terlepas dari melonjaknya beban bunga yang dibukukan perseroan.
Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan di harian Investor Daily pada Kamis (25/4/2024), BRI mencatat pendapatan bunga mencapai Rp 50,07 triliun pada tiga bulan pertama di tahun ini. Perolehan tersebut sebenarnya tumbuh sampai dengan 17,96% (yoy).
Namun di saat yang sama, beban bunga yang dibukukan bank bersandi BBRI ini naik signifikan sampai 45,87% (yoy) pada kuartal I-2024. Pos dari beban bunga tersebut mencapai Rp 14,12 triliun.
Alhasil, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) dari BRI bergerak terbatas di level pertumbuhan 9,68% (yoy) atau mencapai Rp 35,95 triliun. Pada periode sama tahun sebelumnya, NII tercatat sebesar Rp 32,77 triliun.
Tertahannya kinerja NII itu juga kemudian tercermin margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bergerak menyusut dari 6,67% di kuartal I-2023 menjadi sebesar 6,59% pada kuartal I-2024. Meski begitu, NIM dari BRI ini masih jauh di atas rata-rata industri perbankan.
Selain itu, beban operasional lainnya yang dicatatkan BBRI meningkat sampai dengan 20,58% (yoy) menjadi Rp 16,47 triliun. Salah satu peningkatan dicatatkan dari pos kerugian transaksi spot dan derivatif/forward (realised).
Sedangkan beberapa pos beban lain bergerak ke arah positif, seperti keuntungan penjualan aset keuangan, keuntungan dari peningkatan nilai wajar aset keuangan, termasuk diantaranya pos komisi/provisi/fee dan administrasi yang naik 6,92% (yoy) menjadi 5,43 triliun.
Peningkatan di sejumlah pos beban itu pada akhirnya ikut tergambarkan dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang meningkat dari level 60,70% pada kuartal I-2023 ke posisi 67,73% di kuartal I-2024.
Tapi di sisi lain, rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) dari BRI berhasil ditekan ke posisi 34,25% pada kuartal I-2024, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya di level 37,37%. Hal ini menandai kemampuan bank yang semakin efisien.
Sumber: Investor.Id