Latest News

NIM BRI (BBRI) Turun, Laba Melesat

02 March 2023, 09:59

Meski penting untuk terus dirawat, fakta menunjukkan, net interest margin (NIM) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI/BBRI) terus menurun. Sebaliknya, laba bersih bank dengan kredit mikro terbesar itu justru terus meningkat di saat NIM menurun. Pada tahun 2010, saat NIM 10,77%, laba bersih BRI Rp 11,47 triliun. Namun, pada tahun 2022, ketika NIM tinggal 6,80%, laba bersih BRI (nonkonsolidasi) justru mencapai Rp 47,83 triliun.

"Ini bukti, BRI sukses bertransformasi. Ada efiensi, namun ada perluasan basis nasabah dan sumber pendapatan baru yang terus meningkat, yakni fee income ," ujar CEO BRI (BBRI) Sunarso pada diskusi dengan para pemimpin redaksi, Rabu (1/3/2023). Pada tahun 2022, fee income BRI sebesar Rp 18,8 triliun, naik dari Rp 17,1 triliun tahun 2021.
 
Sunarso menegaskan, pendapatan bunga, khususnya besaran NIM atau margin bunga bersih bukan merupakan faktor utama yang memengaruhi kinerja, khususnya pencapaian laba BRI. Pada 2022, NIM BRI di level 6,8%, cenderung turun dari tahun sebelumnya sebesar 6,89%.
 
Apabila dilihat dari data historis sejak 2008-2022, BRI mencatatkan NIM tertinggi pada 2010 sebesar 10,77%, namun laba yang dihasilkan hanya Rp 11,47 triliun, dengan jumlah 5,61 juta debitur. Sedangkan, sejak 2011 hingga 2020 tren NIM BRI terus menurun, namun laba BRI justru terus meningkat. Secara bank only laba tahun 2022 BRI melesat menjadi Rp 47,83 triliun didukung peningkatan jumlah debitur menjadi 15,73 juta orang dan NIM dalam tren menurun ke 6,80%.
 
"Nanti pasti ditanya, NIM perbankan kok sangat tinggi? Fee based yang bukan berdasarkan bunga, dari transaksi itu Rp 18,8 triliun maka rasio fee income kita dari total fee sudah 11,37%," tutur Direktur Utama BRI Sunarso, Rabu (1/3/2023).
 
BRI sepanjang 2022 berhasil mencetak laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp 51,41 triliun, meningkat 67,15% secara tahunan (yoy). Pencapaian laba yang tinggi tersebut ditopang oleh pertumbuhan volume kredit dan jumlah nasabah, khususnya nasabah mikro.
 
Di samping efisiensi yang dilakukan, berdasarkan data historis BRI, tidak ditemukan korelasi positif antara besaran NIM dengan pencapaian laba BRI. "Namun, faktor utama yang mempengaruhi laba BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan juga peningkatan jumlah nasabah yang dilayani, terutama nasabah mikro," ujar Sunarso.
 
Hal tersebut ditunjukkan dari data NIM BRI (bank only) pada tahun 2008 sebesar 10,18%, dengan pencapaian laba hanya sebesar Rp 5,96 triliun. Saat itu jumlah nasabah pinjaman sekitar 5 juta dan volume kredit hanya sebesar Rp 161,06 triliun. Lain halnya pada tahun 2022, laba BRI (bank only) justru meningkat pesat menjadi Rp 47,83 triliun disaat NIM BRI telah turun 33,20% dari posisi 2008.
 
"Peningkatan laba BRI tahun 2022 tersebut lebih disebabkan oleh pertumbuhan jumlah nasabah mikro yang telah naik lebih dari tiga kali lipat menjadi lebih dari 15 juta nasabah. Demikian halnya volume kredit telah tumbuh lebih dari enam kali lipat menjadi Rp 1.029,80 triliun jika dibandingkan dengan posisi tahun 2008," tegas Sunarso.
 
Posisi NIM BRI secara bank only pada 2022 di level 6,8%, cenderung turun dari tahun sebelumnya sebesar 6,89%. Sedangkan, secara konsolidasi NIM BRI berada di level 7,85% naik dari 7,70% pada 2021. Sementara, pendapatan bunga bersih (NII) tumbuh 9,21% (yoy) menjadi Rp 124,6 triliun sepanjang 2022.
 
"Alhamdulillah, BRI selalu didampingi dua kawan setia, si Untung dan si Slamet sepanjang 2022, BRI Group berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 51,4 triliunatau tumbuh 67,15% dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18% (yoy) menjadi Rp 1.865,64 triliun,"ujar Sunarso.
 
Efisiensi
 
Dia pun mengungkapkan kunci keberhasilan BRI dalam menjaga bottom line kinerja perusahaan. Pertama, BRI berhasil melakukan efisiensi utamanya melalui menekan biaya dana (cost of fund) melalui perbaikan funding structure peningkatan dana murah (CASA). Efisiensi tersebut tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional ( BOPO ), cost efficiency ratio (CER), dan cost to income ratio (CIR) yang membaik dibandingkan periode sama tahun lalu.
 
BOPO tercatat 69,10%, semakin baik dibandingkan akhir 2021 sebesar 78,54%. Rasio CER juga tercatat semakin membaik dari 50,25% di akhir 2021 menjadi 48,16% di akhir 2022 dan CIR semula 48,56% menjadi 47,38%, yang artinya semakin efisien."Di samping itu, membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan oleh perseroan. Dampaknya, BRI berhasil menurunkan cost of credit dari 3,78% di akhir 2021 menjadi 2,55% pada akhir 2022," jelas Sunarso.
 
Faktor kedua yang memberikan kontribusi besar terhadap kinerja perseroan yakni pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang tumbuh double digit yang merupakan buah dari transformasi digital. Pendapatan berbasis komisi memberikan kontribusi yang masif terhadap kinerja BRI secara keseluruhan. 
 
"Di mana, pada akhir Desember 2022 BRI berhasil menghimpun pendapatan berbasis komisi senilai Rp 18,80 triliun atau tumbuh 10,16% (yoy), sehingga fee to income ratio mencapai 11,37%,"imbuh Sunarso
Ketiga, Sunarso menjelaskan bahwa BRI terus mengoptimalkan upaya recovery. Hal tersebut tercermin dari recovery rate BRI tahun 2022 yang mencapai sebesar 59,12%. Sehingga pendapatan recovery BRI pada akhir 2022 meningkat 33,59% (yoy).
 
Sumber : investor.id