Latest News

Begini proyeksi kinerja Adaro Energy (ADRO) tahun ini dan rekomendasi sahamnya

23 March 2021, 08:42



Kinerja PT Adaro Energy Tbk (ADRO) diproyeksikan bakal bangkit pada tahun ini. Tahun lalu, kinerja emiten tambang batubara ini tertekan kondisi ekonomi yang melemah.

Sepanjang tahun lalu, ADRO tercatat membukukan pendapatan US$ 2,5 miliar atau turun 26,7% secara year on year (yoy). Sementara dari laba bersih, emiten batubara ini hanya meraup US$ 146,9 juta atau turun 63,6% secara yoy.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Andy Gunawan, dalam risetnya pada 5 Maret 2021 mengatakan, perolehan ADRO pada tahun lalu telah berhasil melampaui proyeksi Mirae, namun masih di bawah konsensus.

Dari sisi top line, Andy bilang perolehan ADRO telah memenuhi 101,3% dari proyeksi Mirae dan telah memenuhi 94,9% dari target konsensus pada tahun lalu. Sementara dari sisi bottom line, perolehan ADRO telah memenuhi 100,3% dari proyeksi Mirae, namun hanya memenuhi 74% dari konsensus.

ýKinerja bottom line yang kurang memuaskan ini tidak terlepas dari kombinasi dari pedapatan yang lebih rendah serta kerugian lainnya yang lebih tinggi,ý tulis Andy dalam risetnya.

Andy bilang saat ini, Mirae tengah meninjau ulang dan memperbarui asumsi mereka. Tapi, ada kemungkinan Mirae akan tetap mempertahankan target harga saat ini seiring ADRO punya cadangan batubara yang melimpah.

Dengan asumsi ADRO bisa memproduksi batubara sebanyak 52 juta ton per tahun, Andy menyebut umur tambang batubara ADRO akan mencapai lebih dari 20 tahun. Ditambah lagi, ADRO tidak hanya punya batubara thermal, namun juga punya batu bara kestrel. Sehingga bisa menjadi keuntungan yang kompetitif bagi ADRO secara jangka panjang.

Analis Maybank Kim Eng Sekuritas, Isnaputra dalam risetnya pada 17 Maret menuliskan ADRO masih punya prospek yang menarik ke depan. Salah satu pendukungnya adalah harga batubara yang diperkirakan masih akan tetap kuat pada tahun ini.

Isnaputra mengatakan, terdapat potensi upside pada proyeksi pendapatan dari Maybank Kim Eng seiring dengan pergerakan harga batubara yang kemungkinan akan bergerak di kisaran US$ 85 - US$ 90 per ton pada tahun ini. Isnaputra sendiri memperkirakan harga batubara di US$ 75 per ton.  

ýWalaupun dari cuaca memang ada perbaikan, kami melihat pemulihan sisi suplai justru berjalan lebih lambat dibandingkan permintaan. Memang ada kemungkinan harga batubara kembali normal pada kuartal II atau III-2021, tapi mungkin juga harganya masih tetap akan bertahan di atas US$ 75 per ton seiring kondisi pasar yang lebih ketat,ý tulis Isnaputra dalam risetnya.

Menurutnya, ADRO akan diuntungkan dengan tingginya harganya batubara seiring porsi ekspor ADRO cukup tinggi yakni 78% dari total penjualan. Ia bilang, setiap 1% perubahan dalam asumsi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) ekspor di tahun 2021 akan menaikkan perkiraan pendapatan sebesar 2,5%.

Ditambah lagi, dari sisi biaya produksi, Isnaputra melihat ADRO dalam jangka menengah dan panjang masih akan mempertahankan dalam level yang rendah. Hal ini karena biaya produksi sebelum royalti pada tahun 2015 hingga 2020 di US$ 27 - US$ 34 per ton.

Rasio pembayaran dividen ADRO pada tahun 2020-2021 bisa saja melebihi asumsi dari Maybank Kim Eng yang di kisaran 30% (0219:62%).

"Ini karena kebutuhan belanja modal ADRO yang rendah, neraca cukup kuat dan free cash flow (FCF) positif. Setiap kenaikan 5% pada proyeksi payout ratio kami akan meningkatkan yield ADRO sebesar 68 bps," imbuh Isnaputra.

Maybank Kim Eng memperkirakan pada tahun ini pendapatan ADRO akan sebesar US$ 3,02 miliar dengan laba bersih yang sebesar US$ 389 juta.

Isnaputra memberi rekomendasi buy saham ADRO dengan target harga Rp 1.800 per saham. Sementara Andy juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.765 per saham. Adapun, saham ADRO pada perdagangan hari ini, Senin (22/3) ditutup melemah 1,15% ke Rp 1.285 per saham.

sumber : kontan.co.id