PT Eagle High Plantation Tbk.(BWPT) mengincar pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) pada tahun ini hingga Rp2 triliun.
"Sejak 2015 perseroan tidak melakukan penanaman baru dan lebih fokus untuk menaikkan nilai aset yang dimiliki. Dari sisi yield produksi, pada 2017 yield produksi BWPT hanya 9 ton dan berhasil naik menjadi 13 ton tahun lalu," kata Investor Relations Eagle High Plantations, Sebastian kepada pers di Jakarta, Senin (11/2).
Pada tahun ini, menurut Sebastian, pihaknya akan meningkatkan yield produksi menjadi 16 ton. Adapun produksi tandan buah segar (TBS) perseroan pada tahun lalu sebanyak 1,77 juta ton dan produksi TBS pada Januari 2019 sebesar 131.981 ton.
"Kami fokus untuk meningkatkan aset yang sudah ada. Seperti yield produksi dan cashflow untuk membayar pinjaman dan dividen," papar dia.
Pada tahun ini, BWPT mengalokasikan belanja modal senilai Rp150 miliar. Belanja modal tersebut akan digunakan untuk membangun 1 pabrik baru di Kalimantan Timur.
Dengan melakukan pembangunan pabrik baru tersebut maka perseroan akan menjaga tingkat rendemen atau Oil Extration Rate (OER) pada level 23%. OER atau tingkat rendemen adalah perbandingan jumlah CPO yang diproduksi dalam setiap kilogram TBS.
BWPT juga berencana untuk melakukan pengembangan lima pabrik seiring dengan kondisi pohon kelapa sawit yang mencapai usia prima. Pohon yang telah mencapai usia prima maka berpotensi menambah kapasitas produksi perseroan.
Pada 2019, rata-rata usia tanaman perseroan mencapai 10 tahun. Artinya, pada 2021 atau saat usia rata-rata pohon mencapai 12 tahun, kelapa sawit mulai mencapai masa puncak produksinya.
Hingga September 2018, luas lahan yang ditanami mencapai 121.412 ha, yang terdiri dari 110.422 ha di Kalimantan, Papua dan Sumatra masing-masing 9.039 ha dan 1.951 ha. Sepanjang 9 bulan 2018, terdapat penambahan luas lahan yang ditanami hingga 2.092 ha.
Sumber : ANTARANEWS.COM