Emiten properti, PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) mencatat laba bersih sebesar Rp3,1 triliun hingga kuartal III-2018 atau naik 17.98% secara year on year (yoy) setelah rugi Rp11,36 miliar pada kuartal III-2017. Pendapatan itu didapat dari penyelesaian utang obligasi global sebesar USD270 juta.
Hal ini menjadikan sisa utang menjadi bunga ELTY hingga kuartal III-2018 turun ke angka Rp1,66 triliun dari awalnya sebesar Rp5,76 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Hanya saja kondisi tersebut membuat total aset perusahaan di kuartal tiga menurun sebesar 0,59% menjadi Rp 14 triliun dari Rp 14,08 triliun. "Terjadi penurunan atas aset tetap dan properti," kata Direktur Keuangan PT Bakrieland Development, Buce Yeef di Jakarta, kemarin.
Dia memaparkan, pendapatan perusahaan hingga kuartal III-2018 mencapai Rp801,53 miliar, terdiri dari pendapatan berulang sebesar Rp650,91 dan pendapatan tidak berulang Rp150,62 juta. Pendapatan ini menurun dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp916,67 miliar.
“Pendapatan reccuring (berulang) yang mencapai 81% ini merupakan kontribusi dari taman hiburan, makanan, minuman, perhotelan, serta sewa dan pengelolaan perkantoran beserta pusat perbelanjaan," ujarnya, dikutip dari Harian Neraca, Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Sedangkan, pendapatan tidak berulang sebesar 19% dari total pendapatan berasal dari penjualan tanah, rumah, apartemen, dan ruang perkantoran. Di tahun 2018, terdapat penurunan jumlah persediaan yang bisa dijual. Menurutnya, proyek-proyek yang sedang dilaksanakan pada 2018 belum bisa dicatat sebagai pendapatan karena masih dalam proses.
Dirinya berharap proyek-proyek yang baru dimulai pada pertengahan 2018 ini akan berkontribusi pada pendapatan perusahaan di tahun 2019. Selain itu, investor PT Bakrieland Development Tbk yang selama ini menolak aksi korporasi perusahaan untuk melakukan penggabungan nilai saham (reverse stock split) mulai melunak, dan mempersilahkan perseroan melanjutkan rencana tersebut.
Namun, para investor ritel tersebut memberikan catatan, sebelumnya perusahaan harus menunjukkan rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) agar terbangun kepercayaan antara pemegang saham dari manajemen perusahaan. Deni Alfianto Amris, investor ritel perusahaan yang tergabung dalam Forum Investor Penolak Reverse Stock ELTY (FORTY) mengatakan perusahaan boleh saja melakukan reverse stock asalkan setelahnya perusahaan bisa menunjukkan kepada investor rencana jangka panjang apa yang akan dilakukannya.
Sumber : OKEZONE.COM