Martina Berto dandani pasar kosmetik

Friday , 26 May 2017 02:14

Demi mendongkrak pendapatan tahun ini, PT Martina Berto Tbk(MBTO) telah menyiapkan sejumlah opsi. Selain terus melakukan efisiensi, perusahaan ini berencana mengerek kapasitas produksi aerosol dan menjalankan otomatisasi mesin.

Bahkan dalam beberapa tahun ke depan, mereka berencana membangun pabrik aerosol baru. Direktur Produksi PT Martina Berto Tbk Kunto Widarto mengatakan, penambahan kapasitas produksi aerosol karena produksi saat ini yang masih kurang. "Penambahannya sekitar satu juta kaleng aerosol per bulan," sebutnya dalam paparan publik, Rabu (24/5).

Sebelumnya, kapasitas produksi aerosol emiten berkode MBTO di Bursa Efek Indonesia hanya sekitar 18.000 kaleng per bulan. Kunto menyatakan, MBTO akan membangun satu pabrik aerosol dengan tiga lini produksi. Namun proses pembangunannya bertahap dan belum bisa dipublikasikan saat ini.

Selain itu, Martina Berto bakal menjalankan otomatisasi mesin. Pertimbangannya, dengan cara tersebut dipercaya mampu menghemat beban produksi hingga 34%. "Mungkin investasi produksi tahun ini bakal terasa tahun depan," terang Kunto.

Unit bisnis Martha Tilaar Group ini juga baru saja membeli lisensi merek dagang produk haircare Rudy Hadisuwarno untuk memperluas penetrasi pasar. Mengintip laporan keuangan, pembelian brand ini telah direalisasikan pada tahun 2016 lalu, dengan alokasi dana senilai Rp 58 miliar. Upaya lain yang ditempuh MBTO untuk menyehatkan keuangan perusahaan ini adalah dengan menjajaki peluang memperbesar penjualan melalui e-commerce.

Direktur Utama PT Martina Berto Bryan David Emil menjelaskan, pihaknya mulai fokus mengembangkan bisnis e-commerce lewat toko online milik sendiri. Toko di domain marthatilaarshop.com, telah eksis tiga tahun belakangan.

Memang, kontribusi penjualan e-commerce tahun lalu belum terlalu besar, namun tumbuh signifikan. "Kami berharap pada tahun depan bisa memberikan kontribusi antara 2%-3% bagi penjualan," imbuh Bryan.

Tahun ini, MBTO menganggarkan belanja modal sekitar Rp 64,8 miliar. Dari jumlah itu sebanyak Rp 23,8 miliar akan diserap untuk maintenance mesin dan penambahan produksi.

 

Pendapatan turun

 

Sejatinya, upaya Martina Berto tak lain untuk menyiasati kondisi pasar kosmetik dalam negeri yang masih fluktuatif. Ini akibat belum pulihnya daya beli masyarakat. "Kami mendapatkan data dari Nielsen, konsumsi 55 kategori consumer goods kuartal satu ini hanya tumbuh 3,9%," urai Bryan.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2017, MBTO membukukan pendapatan Rp 132 miliar, turun 26% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Laba bersih perusahaan ini juga anjlok 89% menjadi Rp 832 juta.

Bryan memproyeksikan, penjualan pada kuartal dua tampaknya kurang positif lantaran Lebaran dan tahun ajaran baru yang rentang waktunya berdekatan. "Kemungkinan konsumen bakal menahan keinginan membeli produk," keluhnya.

Meski demikian, perseroan ini tetap menargetkan pertumbuhan pendapatan yang moderat. MBTO mematok penjualan di kisaran Rp 750 miliar. Jika dibandingkan pendapatan tahun lalu yang sebesar Rp 685 miliar, itu artinya perusahaan ini memasang target tumbuh sekitar 9%.

Pada tahun 2016, pendapatan Martina Berto turun tipis sebesar 1,3% dari Rp 694 miliar. Sedangkan laba bersih tumbuh signifikan, yakni Rp 8,8 miliar. Asal tahu saja, di 2015, perusahaan ini sempat mencetak kerugian Rp 14 miliar. "Tahun lalu kami memang melakukan penghematan dari segi supply chain dan promosi," terang Bryan.

 

Sumber : KONTAN.CO.ID