Jalan menuju kinerja keuangan yang sehat masih membentang panjang di hadapan PT Smartfren Telecom Tbk. Grup Sinarmas memprediksi anak perusahaannya di bidang telekomunikasi itu, paling cepat cuan dalam dua tahun lagi.
Strategi Grup Sinarmas adalah menetapkan fokus Smartfren Telecom pada pengembangan bisnis data. Mereka punya mimpi menyinergikan bisnis data dengan televisi berbayar, e-commerce dan kebutuhan gaya hidup lain. Makanya, Smartfren Telecom memilih meninggalkan bisnis voice alias telepon.
Untuk itu Grup Sinarmas mendorong Smartfren Telecom terus membangun infrastruktur jaringan serat optik. "Sumber dana ekspansinya mau enggak mau masih terus saja kami suntik karena meskipun Smartfren survive, terus terang saja berdarah-darah," ujar Gandhi Sulistyo, Managing Director Sinarmas Group saat ditemui KONTAN di kantor Sinarmas Group, Selasa (23/8) .
Aksi Smartfren Telecom bergabung dalam konsorsium PT Palapa Timur Nusantara, juga bagian dari rencana memperkuat jaringan infrastruktur. Konsorsium yang juga berisi PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) dan PT Inti Bangun Sejahtera Tbk tersebut memenangkan tender jaringan serat optik Palapa Ring Jilid II wilayah Timur senilai Rp 14 triliun.
Namun, karena pemegang saham utama dalam konsorsium adalah Moratelindo, Smartfren Telecom tak bisa banyak berkomentar tentang strategi yang dipersiapkan. "Kurang lebih program kami, ikut dengan Moratelindo," ujar James Wewengkang Sekretaris Perusahaan PT Smartfren Telecom Tbk kepada KONTAN, Kamis (25/8).
Asal tahu, sepanjang semester I-2016 kemarin, bisnis data menyumbang pendapatan Rp 1,32 triliun atau 83,54% terhadap total pendapatan sebesar Rp 1,58 triliun. Pendapatan data pada paruh pertama tahun ini naik 7,32% ketimbang semester I-2015 yang sebanyak Rp 1,23 triliun.
Secara keseluruhan, pendapatan usaha Smartfren Telecom pada semester I 2016 sejatinya masih tumbuh 3,95%. Hanya saja, bottom line perusahaan dengan kode saham FREN itu masih merah, yakni rugi Rp 667,77 miliar.
Grup Sinarmas mengakui, persaingan bisnis telekomunikasi sangat ketat. Sementara mereka masih harus memperbaiki kinerja masa lalu. "Sebelumnya karena CDMA, kami memang salah pilih teknologi pada waktu itu, tapi itu sudah terjadi dan itu juga karena hasil akuisisi perusahaan lain, kan," tutur Gandhi.
Saat ini, Smartfren Telecom masih dalam proses menuntaskan migrasi pelanggan CDMA ke 4G LTE. "Sekarang ini 4G adalah teknologi terbaru, jadi GSM-CDMA tidak ada lagi dengan adanya basis teknologi baru," ujar Direktur Utama PT Smartfren Telecom Tbk Merza Fachys.
Sumber : KONTAN.CO.ID