Humpuss Intermoda (HITS) menjajaki bisnis FSRU

Wednesday, 28 Jul 2021 08:14



Perusahaan pelayaran  mulai membidik dan menjajaki bisnis Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Sederhananya, FSRU merupakan  struktur terapung atau kapal yang berfungsi untuk penyimpanan dan proses regasifikasi gas di lautan lepas.

Prospek bisnis FSRU sudah dilihat oleh PT Humpuss Intermoda Tbk (HITS) sejak dua tahun lalu. Pada 2019, HITS mencanangkan arah baru kebijakan dari perusahaan pelayaran menjadi perusahaan distribusi energi. FSRU akan menjadi akar bisnis baru HITS di masa depan.

Transformasi bisnis ini dilakukan seiring dengan program pemerintah yang mendorong Badan Usaha untuk melaksanakan pembangunan FSRU dalam rangka pemenuhan kebutuhan domestik dan peluang bisnis LNG yang terus berkembang.

Melalui PT GTS Internasional (GTSI), HITS menjalankan usaha penyedia layanan di seluruh rantai pasokan LNG dengan kapal berteknologi tinggi. Di tahun ini, Humpuss Intermoda berencana  membangun satu unit FSRU baru.

Direktur GTS Internasional Dandun Widodo menjelaskan, di tahun ini pihaknya akan membangun FSRU dengan kapasitas tangki sebesar 15.000 meter kubik.

"Nilai investasi FSRU ini sekitar US$ 50 juta yang akan melayani listrik di area Sulawesi Utara seperti ke Amurang, Gorontalo, dan wilayah lainnya," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (27/7).

Dibangunnya FSRU ini, lanjut Dandun, karena anak usaha GTSI memenangkan tender pengadaan FSRU di tahun 2019 lalu. Adapun pemilik proyek tersebut adalah PT PLN Gas & Geothermal (PLNGG).

Dandun melihat peluang FSRU di Indonesia akan sangat besar dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah yang akan mengalokasikan gas ke dalam negeri seiring dengan dilaksanakannya mega proyek 35.000 MW.

Sebelumnya, pada 19 September 2020 melalui salah satu anak usaha, PT  Sulawesi Regas Satu yang bekerja sama dengan PLNGG telah mengoperasikan secara komersial FSRU di kapal pembangkit listrik Amurang, Sulawesi Utara untuk kepentingan PLN.

Satu lagi, Proyek Jawa Satu FSRU juga telah selesai pada pertengahan Februari 2021. FSRU ini berada di lepas pantai Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat untuk mendukung PLTGU Jawa-1.

FSRU Jawa Satu merupakan fasilitas penyimpangan dan regasifikasi terapung yang menjadi bahan bakar turbin pembangkit listrik. Selanjutnya, gas dikirim melalui pipa sepanjang 21 kilometer ke fasilitas pembangkit untuk memproduksi setrum hingga 1.760 Mega Watt.

Di sepanjang tahun lalu, pendapatan dari segmen FSRU berkontribusi sebesar US$ 4,01 juta ke kinerja HITS. Namun demikian, profitabilitas segmen usaha ini masih negatif US$ 3,75 juta.

Ketua Umum Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA), Carmelita Hartoto mengatakan, dirinya tidak menampik perusahaan pelayaran lainnya akan tertarik masuk ke industri  liquefied natural gas (LNG) atau gas alam cair jika pemanfaatannya semakin dikembangkan.

Menurutnya, kebutuhan FSRU didorong adanya kondisi antara lokasi sumber gas dengan lokasi pengguna gas jaraknya cukup jauh. Oleh karenanya, diperlukan sistem transportasi, penampungan, serta pengolahan gas yang efektif dan efisien

"Dengan adanya peluang tersebut, tentu akan ada banyak perusahaan pelayaran yang masuk ke sektor bisnis kapal LNG, baik untuk pengangkutan maupun FSRU," jelasnya kepada Kontan.co.id, saat dihubungi terpisah.

Namun, Carmelita memberikan catatan, bahwa saat ini perusahaan di industri pelayaran masih menimbang sejumlah tantangan dalam mengelola FSRU.

Tantangan tersebut adalah investasi yang besar, penggunaan teknologi mutakhir, serta resiko yang tinggi. "Diperlukan perhitungan dan analisa yang baik dan benar tentang aspek keekonomiannya," tandasnya.

Yang terang, menurut Carmelita, selama ada kebutuhan kapal FSRU dengan kapasitasnya besar maupun kecil dan skema bisnis feasible serta bankable, pasti perusahaan pelayaran akan tertarik.

sumber : kontan.co.id