Sejumlah emiten ini berencana rights issue untuk tambah modal dan bayar utang

Tuesday , 23 Feb 2021 08:01



Sejumlah emiten berencana melaksanakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Tiga emiten yang tinggal menunggu tanggal pelaksanaan adalah PT Bank Mayapada Tbk (MAYA), PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO), dan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME).

MAYA akan menerbitkan 4,99 miliar saham baru senilai Rp 400 per saham dan PGJO bakal menawarkan 918,75 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 50 per saham. Sementara SAME bakal menawarkan 6 miliar saham baru, tetapi belum menetapkan harga pelaksanaanya.

Rencananya, MAYA akan menggunakan dana hasil rights issue untuk memperkuat struktur permodalan sehingga dapat menambah kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kegiatan usaha, kinerja, dan daya saing dalam industri perbankan.

PGJO akan memanfaatkan dananya untuk modal kerja, sementara sebagian besar dana rights issue SAME bakal digunakan untuk melunasi sebagian pokok dan bunga serta biaya pinjaman kepada PT Bank Negara Indonesia Tbk, serta sisanya dimanfaatkan untuk modal kerja dan investasi.

Selain tiga emiten tersebut, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO), dan PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) juga akan melaksanakan rights issue. Ketiga emiten akan meminta persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Maret 2021 mendatang.

FREN akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 7 miliar beserta 91,99 miliar unit waran dengan harga pelaksanaan Rp 100 per saham. Dana hasil rights issue dan pelaksanaan waran akan digunakan untuk membayar utang Smartfren Telecom dan anak usahanya, serta sisanya untuk modal kerja.

Kemudian, YELO akan menerbitkan 1,99 miliar saham baru dan CENT 34 miliar saham. YELO akan menggunakan dana hasil rights issue untuk mengambi alih 97,99% saham PT Abadi Harapan Unggul serta modal kerja. Sementara CENT akan memanfaatkan dananya untuk modal kerja dan menunjang bisnis perusahaan ini.

Tak hanya aksi korporasi berupa pelaksanaan rights issue, dalam waktu dekat, dua emiten juga akan menerbitkan surat utang sebagai sumber pendanaan, yaitu PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD).

Wijaya Karya akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I WIKA Tahap II Tahun 2021 Rp 2,5 triliun dan Sukuk Mudharabah I WIKA Tahap II Tahun 2021 Rp 500 miliar. Seluruh dana hasil penerbitan surat utang ini akan digunakan Wijaya Karya untuk melunasi pokok pinjaman talangan.

Sementara itu, WOOD akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Integra Indocabinet Tahap I Tahun 2021 Rp 375 miliar dan Sukuk Mudharabah I Integra Indocabinet Tahap I Tahun 2021 Rp 225 miliar. Sebagian besar dana surat utang ini akan digunakan untuk refinancing dan sisanya untuk modal kerja.

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan, pendanaan melalui instrumen ekuitas berupa rights issue banyak digandrungi emiten karena likuiditas di pasar saham sedang melimpah.

"Saat ini, banyak pihak masih memilih saham sebagai investasi mereka dibanding obligasi yang yield-nya rendah," kata Zamzami saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (22/2).

Melalui penerbitan rights issue, emiten juga tidak perlu membayar kewajiban bunga, sebagaimana halnya dengan menerbitkan obligasi atau mengajukan pinjaman bank.

Sementara Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, rights issue memang menjadi sumber pendanaan yang paling memungkinkan bagi emiten-emiten tersebut. "Mengingat, kondisi pasar dan ekonomi yang masih cenderung "sulit" seperti ini," ucap Herditya.

Meskipun begitu, menurut Zamzami, penerbitan surat utang dan pendanaan dari pinjaman bank juga tidak kalah menarik di era suku bunga rendah seperti saat ini. Pasalnya, biaya utang emiten juga akan menjadi lebih kecil. Emiten juga bisa memanfaatkan era suku bunga rendah ini untuk refinancing utang-utang supaya bisa mengurangi beban bunga.

Akan tetapi, semua tergantung dari profil kredit masing-masing emiten. "Kalau peringkatnya rendah, mungkin tetap harus terbitkan bond dengan bunga tinggi untuk menarik minat. Begitu juga bank yang bisa jadi kasih bunga tinggi juga," tutur Zamzami.

Zamzami menambahkan, sebenarnya yang lebih diperhatikan investor bukan sumber pendanaan yang dipilih, tetapi ekspektasi rencana penggunaan dana ke depannya.

Apabila penggunaannya dinilai dapat memberikan nilai tambah kepada pemegang saham (misalnya untuk ekspansi, merger, akuisisi, ataupun aksi korporasi lainnya), maka hal ini akan berdapat berdampak positif ke sahamnya.

sumber : kontan.co.id