Terangkat 5,5%, Samindo Resources Raih US$ 254,45 Juta 2019

Saturday , 28 Mar 2020 02:53
PT Samindo Resources Tbk (MYOH) pada tahun 2019, berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 254,45 juta, jumlah tersebut naik 5,5% dibanding periode yang sama tahun 2018 yakni US$241,11 juta.
 
Berdasarkan laporan keuangan perseroan pendapatan tersebut diraih perseroan dari Overburden Removal dan Coal Getting sejumlah US$ 189,53 juta atau setara dengan 74,48% dari total pendapatan yang dimiliki perseroan, lalu segmen pengangkutan batubara memberikan kontribusi sebesar US$62,83 juta atau setara dengan 24,7%.
 
Adapun pendapatan terbesar perseroan masih dikontribusi dari PT Kideco Jaya Agung sebesar US$239,14 juta setara dengan 94% di tahun 2019
 
Sedangkan pada segmen laba bersih emiten dengan kode MYOH tersebut mengalami penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 26,07 juta atau turun 15,62% dari laba bersih pada tahun 2018 sejumlah US$ 30,89 juta.
 
Investor Relations Manager Samindo Resources, Ahmad Zaki Natsir menjelaskan penurunan tersebut disebabkan pada tahun 2019 perseroan gagal mencapai target Overburden Removal dan Coal Getting karena terkendala intensitas cuaca hujan yang tinggi pada semester pertama.
 
"Sehingga tingkat produktivitas kami menurun, karena kalau hujan kami harus menghentikan aktivitas, sehingga menekan profitabilitas kami, selain itu karena peningkatan target pada tahun 2019, kami melakukan pembelian 10 unit dumptruck beserta peralatan pendukung lainnya yang turut membebani  pengeluaran kami," jelasnya kepada Investor Daily, Jumat (27/3).
 
Lebih lanjut Ahmad menambahkan pada tahun ini perseroan tidak berencana menambah kapasitas produksi karena harga batubara yang saat ini kian merosot, agar tidak terjadi over supply. Hal tersebut juga didukung dengan menurunya permintaan terkait coronavirus, karena Tiongkok menjadi konsumen terbesar batubara.
 
"Kami akan mengurangi produksi batubara, supaya nanti demand-nya naik," ujarnya Sebelumnya emiten yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan ini batal mengikuti tender Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bali yang berkapasitas 50 Megawatt, karena saat ini dinilai belum waktu yang tepat bagi perseroan untuk akuisisi.
 
"Semuanya masih sesuai dengan planning, namun saat ini kondisinya dirasa belum memungkinkan karena belum ada tender baru yang sedang dibuka saat ini," kata dia. 
 
 

Sumber : Investor Daily