Hartadinata Ekspansi 100 Toko Emas Rp 250 Miliar

Friday , 17 Jan 2020 11:07
PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menargetkan bisa memiliki 100 toko emas pada 2020, atau dua kali lipat dari jumlah saat ini sebanyak 50 toko. Investasi untuk proyek tersebut berkisar Rp 200-250 miliar.
 
Direktur Utama Hartadinata Abadi Sandra Sunanto mengatakan, pihaknya mengalokasikan dana sekitar Rp 4-5 miliar untuk membangun satu toko emas. Dana untuk membangun toko akan berasal dari penerbitan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN).
 
Selain membuka toko emas sendiri, perseroan juga membuka outlet gadai emas. Perseroan baru saja membuka delapan gerai gadai emas di Jawa Barat. Jaringan gadai ini berada di bawah merek PT Gadai Cahaya Abadi (GCDA).
 
Ke depan, perseroan akan memperluas jaringan gadai emas ke Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) masing- masing 10_ outlet.
 
Kemudian, perseroan juga akan membuka 30 outlet di Jawa Timur di bawah merek Gadai Terang Abadi Mulia (GTAM)
 
“Pembukaan outlet-outlet tersebut menunjang strategi Hartadinata dalam memperkuat kinerja perusahaan. Yakni, dengan memperkuat integrasi vertikal perseroan dan memperluas penetrasi pasar Hartadinata di Indonesia,” ujar Sandra dalam keterangan tertulis yang diterima Investor Daily, di Jakarta, Kamis, (16/1).
 
Menurut Sandra, outlet gadai emas dirancang khusus agar bisa berdampingan dengan outletoutlet perhiasan emas yang sudah ada.
 
Keberadaan usaha gadai juga diharapkan bisa membantu pertumbuhan outlet penjualan karena adanya skema cicilan dalam pembelian emas.
 
“Selain itu, pelanggan bisa meminjam dana dengan menjaminkan emasnya, baik perhiasan maupun logam mulia,” terang dia.
 
Sandra melanjutkan, dengan adanya outlet gadai, perseroan memiliki beragam jaringan penjualan emas. Selain outlet gadai dan tolo sendiri, perseroan juga memiliki jaringan distribusi ke 33 wholesaler serta 600 toko perhiasan di Indoesia.
 
“Kami juga memiliki kanal penjualan digital e-commerce melalui aplikasi platform Masduit yang diluncurkan September 2019,” kata dia.
 
Untuk mendukung kinerja dan ekspansi, perseroan menggunakan pendanaan dari obligasi. Sandra menyebutkan, pada November 2019, perseroan menghimpun dana sebesar Rp 600 miliar dari penerbitan Obligasi Berkelanjutan Tahap 1.
 
Dana dari hasil penerbitan obligasi digunakan untuk membayar sebagian saldo utang pokok fasilitas pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 142,5 miliar.
 
Selain itu, dana penerbitan obligasi digunakan pula untuk modal kerja anak perusahaan dalam bentuk pinjaman ke PT Gadai Cahaya Dana Abadi sebesar Rp 120 miliar.
 
Sementara sisanya atau sebesar Rp 337,5 miliar akan digunakan untuk modal kerja. ”Hasil penerbitan obligasi serta realisasi penggunaan dana memberikan kami keyakinan untuk dapat terus berkembang dan memperkuat posisi kami di pasar nasional,” kata dia.
 
Lebih lanjut, memasuki 2020, analis memperkirakan harga emas bakal meningkat. Hal ini didorong dari meningkatnya permintaan dari investor ritel. Selain itu, peningkatan harga emas juga terjadi karena adanya dampak positif dari arus safe haven.
 
Dengan melihat hal tersebut, Sandra optimistis, prospek usaha industri emas akan semakin besar. “Tingkat pasokan dan permintaan yang tinggi_ bisa meningkatkan prospek bisnis bagi industry emas,” kata dia. 
 
 
 

Sumber : Investor Daily