Hot Topics & Opinion

Stagflasi Kian Nyata, The Fed Dilematis

Friday , 26 Apr 2024

Amerika Serikat baru saja mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 pada hari Kamis (25/4). DIluar dugaan, ekonomi Amerika hanya mampu tumbuh 1,6% secara QoQ. FIgur ini jauh dibawah pertumbuhan kuartal sebelumnya yang sebesar 3,4% dan dibawah prediksi ekonom sebesar 2,5%. Disisi lain, laju inflasi Amerika justru naik dalam tiga kuartal terakhir ke level 3,5%. Angka tersebut makin menjauhi target inflasi The Fed yang sebesar 2%.

Keadaan ini semakin mempersulit The Fed untuk mengambil keputusan moneternya. Indeks Dow Jones pun sempat turun lebih dari 700 poin dan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik ke level tertingginya tahun ini di 4,7%. Sedangkan pasar komoditas kembali mendapat angin disituasi yang serba tidak pasti. Harga logam mulia merangkak naik menjadi US$2332 per troy ounce. Begitu pula dengan nickel yang kembali naik diatas level US$19000 per metrik ton.

Namun sejumlah pengamat justru memandang kondisi ini sebagai alasan kuat bagi The Fed untuk mulai menurunkan suku bunga acuannya. Kini satu-satunya kekhawatiran yang perlu diperhatikan adalah laju inflasi. Jika inflasi kembali turun, The Fed memiliki alasan bagus untuk menurunkan suku bunganya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tidak terperosok lebih dalam. Survey pasar masih tertuju pada FOMC meeting September 2024 sebagai momen penurunan suku bunga yang pertama.